Powered By Blogger

Rizky Arif

Minggu, 31 Januari 2010

GHAIBKU DAN GHAIBMU

Sebelum melangkah lebih jauh, awalnya ada seorang jamaah di suatu kumpulan pengajian yang mengingatkan mengenai alam ghaib, betapa beresikonya membicarakan hal yang seperti itu. “buaknkah akhirat termasuk perkara yang ghaib? Apa tidak selayaknya kita mempercayainya saja?” katanya.
lalu yang di tanya diam sejenak, dan menoreh pada jamaah yang bertanya tadi. Ternyata yang bertanya tadi masih memegang kukuh alat tulisnya, menuggu jawaban yang ia tanyakan.
Lalu yang di tanya menjawab, “kita semua, mau tidak mau akan hidup di sana. Apakah kita tidak ingin mengetahui keadaannya. Kalau memang ada informasi yang bisa di terima secara akal dan iman, menapa kita tidak mendiskusikannya saja?”
Sanpai disini akhirnya semua jamaah mendiskusikan masalah yang ghaib atau akhirat dengan dua pendekatan. Yang pertama, dari sisi keimanan. Dan yang ke dua dari sisi akal. Dan yang penting keduanya akan di bahas secara simultan alias saling berkaitan.
Bagaimana caranya? Caranya, adealah dengan mendasarkan diskusi kita pada informasi di dalam aaaAl-qur’an dan Al-hadits..sebab, memang tidak ada satupun data empiris yang bisa kita jadikan titik tolak untuk melakukan analisa tentang kehidupan akhirat.yang ada ialah informasi dari alqur’an bahwa manusia kelak akan di bangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya selama ia hidup di dunia.
Akan tetapi, selain sisi keimanan sebagai entry point, agaknya kita memerlukan data-data empiris, serta teori-teori ilmu pengetahuan modern, sebagai alat analisa dengan menggunakan mekanisme akal. Ini di perlukan supaya analisa ini tidak menyimpang jauh dari kenyataan yang ada.
Maka dari itu, mereka memulai diskusi dengan membahas definisi ghaib. Hal ini dilakukan karena ada pendapat (termasuk penanya ke dua) bahwa kita tidak boleh membicarakan tentang yang ghaib. Kita mesti melakukan klarifikasi dan membahasnya terlebih dahulu agar diskusi selanjutnya tidak simpang siur, disebabkan perbedaan persepsi mengenai kata “ghaib”.
Sebenarnya, apakah pengertian ghaib itu. Secara bahasa, ghaib berarti tidak terdeteksi oleh panca indera (lihat Al Qur’an, raja Fahd, arab saudi, hal.8, catatan kaki nomer 44). Tetapi meskipun oleh panca indera tidak terdeteksi, hal yang di sebut ghaib itu bukannya tidak ada. Kejadian tersebut sebenarnya ada dan terjadi di sekitar kita.
Agar lebih mantap, marilah kita nukilkan beberapa ayat al Qur’an untuk menuntun pengertian kita. Di antaranya ketika Allah menceritakan kepada Rasulullah kisah nabi Nuh.

QS. Huddd (11) : 49

Yang artinya:
“itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad), tidak pernah kamu mengetahiunya, dan tidak pula kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah, (karena) sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi ortang-orang yang bertakewa”.

Atau ketika Allah menceritakan kisah maryam, ibunda ‘isa kepada rasullulah

QS. Ali Imran (3) :44

Yang artinnya

“ yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang kami wahyukan kepadamu (muhammad), padahal kamu tidak hadir beserta mereka ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa diantara mereka yang akan memelihara maryam. Sdan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.”

Atau ketika Allah menceritakan tentang berbagai ciptaannya di alam sekitar kita.

QS. Al An’am (6) : 59

Yang artinya:
“Dan pada sisi Allah lah semua kuci yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahiu apa yang di daratan dan di alutan, dan tiada csehelai daunpun yang gugur melainkan dia yang mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak suatu yang basah atau kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata”

Kalau kita mencermati kalimat-kalimat dalam ayat di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang di sebut ghaib itu bukanlah sesuatu yang mutlak tidak bisa terdeteksi olae panca inhdera. Melainkan, sesuatu yang tidak bisa terdeteksi oleh sebagian orang, pada masa tertentu saja.
Sebagai contoh, kisah tentang maryam. Kejadian yang di ceritakan oleh Allah kepada nabi Muhammad itu ‘benar-benar terjadi’ pada zaman maryam. Jadi tidaklah ghaib buat oran-orang yang hidup bersama maryam. Jadi tidaklah ghaib buat orang yang hidup bersama maryam. Akn tetapi kejadian itu ghaib bagi Rasulullah, dan umat pada zamannya.
Demikian pula kisah tentang nabi Nuh. Kejadian itu tidaklah ghaib pada saat Nabi Nuh hidup, akn tetapi ghaib bag umat pada zaman Nabi Muhammad, karena umat nabi Muhammad tidak ada yang hadi pada saat kejadian itu berlangsung. Begitulah, karena ketidak hadiran kita dan tidak ada data yang mendukungnya, maka kejadian itu di katakan ghaib.
Jika pengertian ini kita perluas pada nukilan ayat yang ketiga di atas, maka keghaiban di alam semesta ini pun bisa kita simpulkan tidak terjadi secara mutlak, melainkan relatif antara seorang dengan yang alinnya. Namun, sangat jelas bahwa Allah mengetahui secara keseluruhan kejadian di semua penjuru alam semesta ini. Sedangkan kita, manusia hanya di beri pengetahuan sebagian kecil saja. Selalu ada bagian yang tersembunyi yang tidak kita fahami dan tidak terdeteksi alias ghaib. Akn tetapi ghaib bagi saya, belum tentu ghaib bagi anda. Begitu pun sebaliknya, ghaib bagi anda belum tentu ghaib bagi orang yang lainnya.
Ke ghaiban bersifat relatif, bukan hanya antara satu dengan yang lainnya, tetapi juga ada dinamika yang terjadinya sesuai dengan perkembangan zaman. Pada zaman Nabi Nuh, kejadian tersebut tidaklah ghaib, tetapi menjadi ghaib pada zaman kita. Karena kita tidak mengalaminya, dan tidak punya datanya. Demikian pula sebaliknya, kejadian masa kini tidaklah ghaib bagi kita, tetapi ghaib bagi umat pada zamat rasulullah.
Sehingga, bisa dio simpulkan bahwa sesuatu yang ghaib tidaklah mutlak adanya. Dan sama sekali tidak boleh membicarakannya. Dengan melakukan penyelidikan dan analisa terus menerus, insya Allah, yang tadinya ghaib akan terkuak sedikit demi sedikit. Tentu saja, dengan izin Allah yang maha penguasa keghaiban.
Sebagai contoh, dulu energi magnetik adalah perkara yang ghaib. Tapi dengan adanya penelitian terus menerus, maka kini energi tersebut bukan lagi sesuatu yang yang ghaib. Demikian pula berbagai penemuan lain di bidang kedokteran, biologo, fisika, dlsbg. Dulu perkembangan janin dalam rahim adalah hal yang ghaib, tapi kini kita bisa mengikutinya dengan menggunakan alat deteksi, katakanlah USG. Maka, perkembangan janin bukan lagi sesuatu yang ghaib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar